Senin, 18 Februari 2008

Membaca “Track Record ” seorang Assyari Abdullah




Membaca “Track Record ” seorang Assyari Abdullah
Assyari Abdullah itu, Siapa ….?


Assyari itulah pangilan akrabku dikampus dan ditempat lain walupun ada juga yang memanggilku dengan "Ari" itupun tidak sepopuler Assyari, apapun sapaan akrabku yang penting orang tuaku memberikan nama Assyari Abdullah . Saya bangga diberi nama dengan Assyari Abdullah karena menurut saya, nama saya adalah termasuk nama-nama islami walaupun ada ungkapan yang mengatakan “ Apalah Arti dari sebuah nama” namun bagi saya nama sangat begitu berarti
Pada dasarnya masa kecil saya penuh dengan tantangan, dan bagi saya tantangan itu adalah resiko hidup dari orang tak berpunya seperti keluarga ssaya. Orang tua saya tergolong kepada Keluarga yang kurang mampu sedangkan tanggungan orang tua saya cukup banyak .Dia mempunyai sebanyak 6 (enam) orang anak, empat orang laki-laki dan dua orang perempuan . saya dilahirkan sebagai anak yang pertama dalam keluarga. Hidup orang tua saya hanya bergantung pada pertanian dan menyadap karet dengan penghasilan yang sangat terbatas. Kebun karet yang dimilikinya hanya mampu menghasilkan getah 5 Kg per hari itupun kalau cuaca bagus dan tidak hujan atau tidak kemarau.
Walaupun kehidupan keluarga saya hidup dalam keadaan kekurangan dan sangat meprihatinkan, saya yang dilahirkan di desa Tanjung Alai kecamatan XIII Koto Kampar Tanggal 10 Mei 1986 silam dari pasangan “ Abdullah dan Rozaimah “ tidak pernah berputus asa.Sejak SD saya telah dibekali dengan cara hidup mandiri. Saya diajak kekebun karet dan belajar bagai mana berkebun karet tentu sesuai dengan kemampuanku pada waktu itu . Orang tua saya hanya menyarankan agar masalah menyadap karet tidak dijadikan tujuan jangka panjang tetapi hanya digunakan sebgai alat untuk mrncapai kehidupan yang lebih panjang lagi yaitu masa depan dengan menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain seta berguna bagi agama, ummat ,bangsa dan Negara yang sangat kita cintai ini.
Sejak kecil saya sudah berita-cita untuk menjadi manusia yang berguna bagai masyarakat banyak, bangsa dan Negara cuman sampai saya menulis tiulisan ini saya tidak mengerti bagaimana mewujudkan nya
Didikan mandiri ini dibuktikan ketika saya menginjak Kelas III MTs di PP. Islamic Centre Alhidayah Kampar dimana tempat saya belajar menimba ilmu pengetahuan dahulunya. saya telah memulai untuk hidup mandiri dan membiayai pendidikan sendiri.Walaupun tidak seratus persen saya bisa hidup mandiri tapi setidaknya bisa mengurangi beban orang tua saya maklumlah umur saya waktu itu baru belasan tahun yaitu dua tahun setelah tamat SD
Awal cerita , setelah tamat SDN 010 Tanjung Alai tahun 2009, saya dan beberapa orang rekan saya se-SD melanjutkan pendidikan ke PP. Darusslam Sani Kabun sekarang masuk kawasan Kabupaten Rohul (Rokan Hulu) .saya tidak termasuk anak yang bodoh, setidak nya saya juga sering dipanggil kedepan sebagi juara , setelah dua tahun mengeyam pendidikan disana dengan aroma pondok yang kental dan sesuai dengan alur hidupku yang selalu ingin mengabdi tehadap agama tanpa diinginkan kenyataan berbicara yaitu kondisi yang tidak memungkinkan untuk sekolah
Awal Pindah
Hari-hari besar islam kami juga libur seperti sekolah lainnya, bertepatan pada waktu itu hari raya Aidul Adha kami kebanyakan yang memondok pulang kampung ke desa masng-masing. Biasanya kami libur empat hari setelah itu harus kembali kepondok biasanya yang menambah libur akan dijatuhkan sanksi.
Setelah habis masa libur saya juga belum bisa ke Pondok bukan karena alasan ingin menambah libur tapi pada waktu itu perbekalan da sejumlah uang untuk keperluan belajrku belum ada maklumlah hanya berharap pada tetesan getah karet yang ditampung ayah dikebun, dengan hati terpaksa saya harus libur selam tiga hari. Setelah saya datang ke pondok Pegawai pondok melalui walikelas meminta tiga zak semen sebagai konsekwensi dari ketidak hadiran saya tadi, mereka tidak menerima alasan apapun yang pasti saya dianggap Alpa. Singkat cerita saya tetap bersikeras dengan alasan saya, “Pak…saya libur karena terpaksa” mungkin ungkapan ini yang selalu saya lontarkan kepada walikelas hingga selesai ujian semester II dan dengan berbagai macam cara dan rayuan rapor bisa saya ambil walaupun saya masih punya hutang
Sewaktu libur saya mendapatkan informasi bahwa Bupati Kampar pada waktu itu H. Jefri Noer telah membuka sebuah pesantren di Rumbai tepatnya di Palas dengan nama PP. Ulil Albab dengan fasilitas sekolah gratis. Mendengarkan info seperti ini semangat ku kembali mengebu-gebu untuk melanjutkan kembali pendidikan ku pada level yang lebih tinggi maklumlah di Darussalam tidak ada harapan untuk tetap belajar disana karena disebabkan kondisi ekonomi keluarga ku pada waktu itu. Akhir nya dengan berbagai pertimbangan saya juga tidak jadi masuk ke PP. Ulil Albab,jujur aja waktu itu saya hampir saja putus asa. Namun dimana ada kemauan disitu ada jalan ungkapan ini selau saya pegang dan tampa disadari ada orang yang menaruh perhatian pada saya waktu itu dengan berbagai ide akhir nya saya bisa masuk ke PP. Islamic Centre Alhidayah kampar dimana saya menamatkan pendidikan sampai kelas VII
Dengan diberikannya saya dispensasi, saya dibebas SPP Selama 3 tahun. Tampa pikir panjang saya masukan semua peralatan dan pakaian ku ke dalam tas dan dengan bermodalkan Rp 8000,- sisa onkos dari kampung, saya nekat bersekolah apa adanya saya buang rasa malu, saya buang rasa gengsi, dengan penampilan seadanya saya alhmadulillah tetap eksis dan bersekolah walupun saya hanya memiliki satu stel pakaian seragam, satu stel seragam inilah yang selalu saya pakai tiap hari nya sampai hari minggu.
Cari Uang
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya harus banting tulang setelah pulang sekolah atau hari libur berbagai pekerjaan saya kerjakan yang penting halal,
Ngajar Ngaji
Surau nosa itulah tempat dimana saya mengajar perdana.Berawal dari Pertengahan kelas III tsanawiyah saya ditawarkan mengajar oleh Ketua Kamar di asrama atau kami akrab menyebutnya dengan mudabbir, di sebuah surau yang bernama surau Nosa yang terletak sdi tepi sungai Kampar Dusun III Alai Hilir. Dinisilah saya mulai mengembangkan karir mengajar saya menghadapi berbagai macam tifikal manusia mulai dari yang baik sampai kepada yang nakal tingkah lakunya mungkin inilah yang selalu dirasakan oleh guru-guru, walaupun demikian saya tidak pernah gentar apalagi kalu untuk berhenti dari mengajar karna saya menganggap mengajar ini bisa sebagai sumber incame bagi saya dalam menempuh pendidikan walaupun kami hanya dikasih honor Rp 12000 per minggu
Akhirnya saya berhenti
Ketidak lancarannya honor yang diberikan oleh pengurus rupanya mendapat perhatian dari beberapa orang warga yang saya rasa orang yang memiliki perhatian terhadap dunia pendidikan khusus di kampung itu.sebut saja namanya Akmal, pak Akmal atau masyarakat sekitar menyebut dengan sebutan Koncan seorang pengawas lapangan Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Kampar.
Malam itu dengan ayunan langkah yang tidak teratur saya tampa sengaja lewat didepan rumah pak Akmal, kebetulan dirumah itu ada acara Tahlilan kami diundang, sebagai seorang anak asrama undangan seperti itu tidak kami sia-siakan karna bagi kami itu adalah perbaikan gizi
Setelah acara selesai pak akmal meminta kepada kami agar bisa mengajar anak nya di rumah sekalian menjadi guru Private anak nya
 bersambung ..........



Tidak ada komentar: