Senin, 18 Februari 2008

Membaca “Track Record ” seorang Assyari Abdullah




Membaca “Track Record ” seorang Assyari Abdullah
Assyari Abdullah itu, Siapa ….?


Assyari itulah pangilan akrabku dikampus dan ditempat lain walupun ada juga yang memanggilku dengan "Ari" itupun tidak sepopuler Assyari, apapun sapaan akrabku yang penting orang tuaku memberikan nama Assyari Abdullah . Saya bangga diberi nama dengan Assyari Abdullah karena menurut saya, nama saya adalah termasuk nama-nama islami walaupun ada ungkapan yang mengatakan “ Apalah Arti dari sebuah nama” namun bagi saya nama sangat begitu berarti
Pada dasarnya masa kecil saya penuh dengan tantangan, dan bagi saya tantangan itu adalah resiko hidup dari orang tak berpunya seperti keluarga ssaya. Orang tua saya tergolong kepada Keluarga yang kurang mampu sedangkan tanggungan orang tua saya cukup banyak .Dia mempunyai sebanyak 6 (enam) orang anak, empat orang laki-laki dan dua orang perempuan . saya dilahirkan sebagai anak yang pertama dalam keluarga. Hidup orang tua saya hanya bergantung pada pertanian dan menyadap karet dengan penghasilan yang sangat terbatas. Kebun karet yang dimilikinya hanya mampu menghasilkan getah 5 Kg per hari itupun kalau cuaca bagus dan tidak hujan atau tidak kemarau.
Walaupun kehidupan keluarga saya hidup dalam keadaan kekurangan dan sangat meprihatinkan, saya yang dilahirkan di desa Tanjung Alai kecamatan XIII Koto Kampar Tanggal 10 Mei 1986 silam dari pasangan “ Abdullah dan Rozaimah “ tidak pernah berputus asa.Sejak SD saya telah dibekali dengan cara hidup mandiri. Saya diajak kekebun karet dan belajar bagai mana berkebun karet tentu sesuai dengan kemampuanku pada waktu itu . Orang tua saya hanya menyarankan agar masalah menyadap karet tidak dijadikan tujuan jangka panjang tetapi hanya digunakan sebgai alat untuk mrncapai kehidupan yang lebih panjang lagi yaitu masa depan dengan menjadi manusia yang bermanfaat untuk orang lain seta berguna bagi agama, ummat ,bangsa dan Negara yang sangat kita cintai ini.
Sejak kecil saya sudah berita-cita untuk menjadi manusia yang berguna bagai masyarakat banyak, bangsa dan Negara cuman sampai saya menulis tiulisan ini saya tidak mengerti bagaimana mewujudkan nya
Didikan mandiri ini dibuktikan ketika saya menginjak Kelas III MTs di PP. Islamic Centre Alhidayah Kampar dimana tempat saya belajar menimba ilmu pengetahuan dahulunya. saya telah memulai untuk hidup mandiri dan membiayai pendidikan sendiri.Walaupun tidak seratus persen saya bisa hidup mandiri tapi setidaknya bisa mengurangi beban orang tua saya maklumlah umur saya waktu itu baru belasan tahun yaitu dua tahun setelah tamat SD
Awal cerita , setelah tamat SDN 010 Tanjung Alai tahun 2009, saya dan beberapa orang rekan saya se-SD melanjutkan pendidikan ke PP. Darusslam Sani Kabun sekarang masuk kawasan Kabupaten Rohul (Rokan Hulu) .saya tidak termasuk anak yang bodoh, setidak nya saya juga sering dipanggil kedepan sebagi juara , setelah dua tahun mengeyam pendidikan disana dengan aroma pondok yang kental dan sesuai dengan alur hidupku yang selalu ingin mengabdi tehadap agama tanpa diinginkan kenyataan berbicara yaitu kondisi yang tidak memungkinkan untuk sekolah
Awal Pindah
Hari-hari besar islam kami juga libur seperti sekolah lainnya, bertepatan pada waktu itu hari raya Aidul Adha kami kebanyakan yang memondok pulang kampung ke desa masng-masing. Biasanya kami libur empat hari setelah itu harus kembali kepondok biasanya yang menambah libur akan dijatuhkan sanksi.
Setelah habis masa libur saya juga belum bisa ke Pondok bukan karena alasan ingin menambah libur tapi pada waktu itu perbekalan da sejumlah uang untuk keperluan belajrku belum ada maklumlah hanya berharap pada tetesan getah karet yang ditampung ayah dikebun, dengan hati terpaksa saya harus libur selam tiga hari. Setelah saya datang ke pondok Pegawai pondok melalui walikelas meminta tiga zak semen sebagai konsekwensi dari ketidak hadiran saya tadi, mereka tidak menerima alasan apapun yang pasti saya dianggap Alpa. Singkat cerita saya tetap bersikeras dengan alasan saya, “Pak…saya libur karena terpaksa” mungkin ungkapan ini yang selalu saya lontarkan kepada walikelas hingga selesai ujian semester II dan dengan berbagai macam cara dan rayuan rapor bisa saya ambil walaupun saya masih punya hutang
Sewaktu libur saya mendapatkan informasi bahwa Bupati Kampar pada waktu itu H. Jefri Noer telah membuka sebuah pesantren di Rumbai tepatnya di Palas dengan nama PP. Ulil Albab dengan fasilitas sekolah gratis. Mendengarkan info seperti ini semangat ku kembali mengebu-gebu untuk melanjutkan kembali pendidikan ku pada level yang lebih tinggi maklumlah di Darussalam tidak ada harapan untuk tetap belajar disana karena disebabkan kondisi ekonomi keluarga ku pada waktu itu. Akhir nya dengan berbagai pertimbangan saya juga tidak jadi masuk ke PP. Ulil Albab,jujur aja waktu itu saya hampir saja putus asa. Namun dimana ada kemauan disitu ada jalan ungkapan ini selau saya pegang dan tampa disadari ada orang yang menaruh perhatian pada saya waktu itu dengan berbagai ide akhir nya saya bisa masuk ke PP. Islamic Centre Alhidayah kampar dimana saya menamatkan pendidikan sampai kelas VII
Dengan diberikannya saya dispensasi, saya dibebas SPP Selama 3 tahun. Tampa pikir panjang saya masukan semua peralatan dan pakaian ku ke dalam tas dan dengan bermodalkan Rp 8000,- sisa onkos dari kampung, saya nekat bersekolah apa adanya saya buang rasa malu, saya buang rasa gengsi, dengan penampilan seadanya saya alhmadulillah tetap eksis dan bersekolah walupun saya hanya memiliki satu stel pakaian seragam, satu stel seragam inilah yang selalu saya pakai tiap hari nya sampai hari minggu.
Cari Uang
Untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari saya harus banting tulang setelah pulang sekolah atau hari libur berbagai pekerjaan saya kerjakan yang penting halal,
Ngajar Ngaji
Surau nosa itulah tempat dimana saya mengajar perdana.Berawal dari Pertengahan kelas III tsanawiyah saya ditawarkan mengajar oleh Ketua Kamar di asrama atau kami akrab menyebutnya dengan mudabbir, di sebuah surau yang bernama surau Nosa yang terletak sdi tepi sungai Kampar Dusun III Alai Hilir. Dinisilah saya mulai mengembangkan karir mengajar saya menghadapi berbagai macam tifikal manusia mulai dari yang baik sampai kepada yang nakal tingkah lakunya mungkin inilah yang selalu dirasakan oleh guru-guru, walaupun demikian saya tidak pernah gentar apalagi kalu untuk berhenti dari mengajar karna saya menganggap mengajar ini bisa sebagai sumber incame bagi saya dalam menempuh pendidikan walaupun kami hanya dikasih honor Rp 12000 per minggu
Akhirnya saya berhenti
Ketidak lancarannya honor yang diberikan oleh pengurus rupanya mendapat perhatian dari beberapa orang warga yang saya rasa orang yang memiliki perhatian terhadap dunia pendidikan khusus di kampung itu.sebut saja namanya Akmal, pak Akmal atau masyarakat sekitar menyebut dengan sebutan Koncan seorang pengawas lapangan Satuan Polisi Pamong Praja di Kabupaten Kampar.
Malam itu dengan ayunan langkah yang tidak teratur saya tampa sengaja lewat didepan rumah pak Akmal, kebetulan dirumah itu ada acara Tahlilan kami diundang, sebagai seorang anak asrama undangan seperti itu tidak kami sia-siakan karna bagi kami itu adalah perbaikan gizi
Setelah acara selesai pak akmal meminta kepada kami agar bisa mengajar anak nya di rumah sekalian menjadi guru Private anak nya
 bersambung ..........



Rabu, 13 Februari 2008

ISLAM, REMAJA, DAN TRADISI VALENTINE’S DAY

ISLAM, REMAJA, DAN TRADISI VALENTINE’S DAY

Valentine’s day mungkin ungkapan ini lah yang sering dilontarkan oleh anak-anak muda terutama bagi remaja pada bulan Feburari. Mereka menamakan dengan hari kasih sayang sesuai dengan arti dari kata valentine’s day itu sendiri, yang diperingati pada tanggal 14 Februari setiap tahunnya
Banyak cara yang dilakukan oleh anak-anak muda terutama remaja untuk membuktikan kasih sayang mereka kepada orang-orang yang mereka kasihi mulai dari memberikan hadiah berupa bunga, boneka, coklat, permen, kirim kartu dan tak jarang bahkan seorang remaja putri rela menyerahkan kehormatannya demi membuktikan kesetiaan terhadap kekasihnya, dan tanpa terkecuali juga dilakukan oleh remaja-remaja islam pada pesta Valentine’s day

Valentine’s Days Dalam Catatan Sejarah

Pastor yang bernama Saint (Santo) Valentine, yang hidup di zaman Kaisar Claudius II di Roma abad III, secara diam-diam menentang sang Kaisar yang dengan otoritasnya menghapuskan sebuah tradisi yang sudah berlangsung sejak zaman Romawi Kuno. Seperti kebanyakan tradisi kuno lainnya, perayaan untuk menghormati Dewa Lupercus itu diawali dengan upacara yang disebut dengan Lupercilia setiap 15 Februari. Upacara ini awalnya diadakan untuk mengusir serigala ganas yang sering muncul di sekitar kota Roma.

Salah satu persembahan mereka adalah mengadakan sebuah festival yang salah satu acaranya adalah tradisi bernama name drawing, terutama diperuntukkan bagi anak-anak muda yang masih lajang.
Festival diawali dengan menulis semua nama gadis di kota Roma pada kertas kecil dan dimasukkan ke dalam wadah kaca besar. Setelah itu, setiap lelaki lajang di Roma mengambil lembaran kertas tersebut secara acak. Gadis yang namanya ke luar harus menjadi kekasihnya selama setahun penuh untuk bersenang-senang dan menjadi obyek hiburan sang pemuda yang memilihnya.ini memberikan sebuah indikasi adanya pesta yang kental dengan aroma perzinaan dan maksiat dan hal ini sangat bertentangan dengan sariat islam
Ketika Kaisar Claudius II memerintah, sang kaisar kesulitan mencari pemuda untuk dijadikan pasukan karena para lelaki di Roma lebih memilih tinggal dan berkumpul bersama orang-orang yang mereka cintai. Karena itu, sang kaisar kemudian menghapus tradisi pesta name drawing tersebut .

Namun disi lain Pastor Valentine, tetap mempertahankan tradisi name darwing tersebut dengan prinsip cinta kasih yang dianutnya Ulahnya itulah yang kemudian menyeretnya ke altar eksekusi mati. Ia mati 14 Februari 269 M Di saat menjelang kematiannya Saint (Santo) Valentine menulis kemudian meninggalkan sepucuk surat cinta kepada seorang anak sipir penjara. Dalam surat cinta nya dia menuliskan tanda tangan yang berbunyi From Your Valentine. Ada pula yang menyebutkan bahwa bunyi pesan terakhir itu adalah Love From Your Valentine. Untaian cinta pada surat itulah yang membuat orang belakangan ini menjadikan tanggal matinya sebagai Hari Kasih Sayang (Valentine's Day).
Dari paparan di atas kita tahu bahwa kisah cinta Valentine ini merupakan kisah cinta milik kalangan non muslim dan sama sekali tidak memiliki benang merah budaya dan peradaban dengan Islam.dan ini jelas bertentangan dengan syariat islam dalam sebuah hadits yang sangat terkenal yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Umar r.a. bahwa Rasulullah saw. bersabda (yang artinya), "Barang siapa yang menyerupai sebuah kaum, maka dia menjadi bagian dari mereka." (HR Abu Daud). Hadits ini mengisyaratkan bahwa meniru-niru budaya-reliji orang lain yang tidak sesuai dengan tradisi Islam memiliki risiko yang demikian tinggi. Orang tersebut akan dianggap sebagai bagian dari orang yang ditirunya. Sebagaimana juga firman Allah, "Barang siapa di antara kamu menjadikan mereka sebagai pemimpin, maka sesungguhnya orang itu termasuk golongan mereka." (Al-Maidah : 51). Sabda Rasulullah, "Kau akan bersama-sama dengan orang yang kau cintai." (Bukhari dan Muslim). Namun, mengapa remaja-remaja Muslim ikut larut dan merayakannya? Ada beberapa jawaban yang bisa kita berikan terhadap pertanyaan tersebut. Pertama, kalangan remaja Muslim tidak tahu latar belakang sejarah Valentine's Day, sehingga mereka tidak merasa risih untuk mengikutinya. Dengan kata lain, remaja Muslim banyak yang memiliki kesadaran sejarah yang rendah. Kedua, adanya anggapan bahwa Valentine's Day sama sekali tidak memiliki muatan agama dan hanya bersifat budaya global yang mau tidak mau harus diserap oleh siapa saja. Ketiga, keroposnya benteng pertahanan relijius remaja Muslim sehingga tidak mampu lagi menyaring budaya dan peradaban yang seharusnya mereka "lawan" dengan keras. Keempat, adanya perasaan loss of identity (kehilangan identitas) kalangan remaja Muslim sehingga mereka mencari identitas lain sebagai pemuas keinginan mendapat identitas global. Kelima, hanya mengikuti tren yang sedang berkembang agar tidak disebut ketinggalan zaman. Keenam, adanya pergaulan bebas yang kian tak terbendung dan terjadinya de-sakralisasi seks yang semakin ganas. Mungkin masih ada deretan jawaban lain yang bisa diberikan terhadapa pertanyaan di atas.
Cinta dan Kasih sayang dalam konteks islam
Bisa kita lihat pada bahasan di atas bahwa Valentine's Day merupakan peringatan "cinta kasih" yang tidak memililki relevansi dengan ajaran islam Maka, merupakan sebuah kurang cerdas jika kaum Muslim dan secara khusus kalangan remajanya ikut melestarikan budaya yang sama sekali tidak memiliki ikatan historis, emosioal, dan religius dengan mereka. Keikutsertaan remaja Muslim dalam "hura-hura" ini merupakan refleksi sebuah kekalahan dalam sebuah pertarungan mempertahankan identitas dirinya. Mungkin ada sebagian remaja yang akan bertanya: Kenapa memperingati sebuah tragedi cinta itu tidak boleh dilakukan? Apakah Islam melarang cinta kasih? Bukankah Islam menganjurkan pemeluknya kasih kepada sesama?
Tak ada yang menyangkal bahwa Islam tidak melarang cinta kasih. Islam sendiri adalah agama kasih dan menjunjung cinta kepada sesama. Dalam Islam cinta demikian dihargai dan menempati posisi yang sangat terhormat,. Islam mengakui bahwa cinta adalah sebuah fitah insaniah. Namun demikian, Islam tidak menjadikan cinta sebagai komoditas yang rendah dan murahan. Cinta yang merupakan perasaan jiwa dan gejolak hati yang mendorong seseorang untuk mencintai kekasihanya dengan penuh gairah, lembut, .Kasih sayang dalam Islam dibagi menjadi tiga tingkatan yang dijelaskan dalam ayat Al-Quran.
"Katakanlah: Jika bapak-bapakmu, anak-anakmu, saudara-saudaramu, istri-istrimu, kerabat-kerabatmu, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatirkan kerusakannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu senangi lebih kau cintai daripada Allah dan Rasul-Nya serta jihad di jalan-Nya, maka tunggulah hingga Allah mendatangkan keputusan-Nya. Dan Allah tidak memberikan petunjuk kepada orang-orang yang fasik." (At-Taubah: 24).
Telah jelas kepada kita semua didalam ayat ini bahwa cinta yang utama adalah cinta kepada Allah, Rasul-Nya, dan jihad di jalan-Nya. Inilah yang disebut dengan cinta hakiki. Cinta hakiki akan melahirkan pelita. Cinta hakiki yang dilahrikan iman akan senantiasa memberikan kenikmatan-kenikmatan nurani. Cinta hakiki akan melahirkan jiwa rela berkorban dan mampu menundukkan hawa nafsu dan syahwat birahi. Cinta akan menjadi berbinar tatkala orang yang memilikinya mampu menaklukkan segala gejolak dunia. Cinta Ilahi akan menuntun manusia untuk hidup berarti.
Islam memandang cinta kasih itu sebagai rahmat. Maka, seorang mukmin tidak dianggap beriman sebelum dia berhasil mencintai saudaranya laksana dia mencinta dirinya sendiri (HR Muslim).
"Perumpamaan kasih sayang dan kelembutan seorang mukmin adalah laksana kesatuan tubuh; jika salah satu anggota tubuh terasa sakit, maka akan merasakan pula tubuh yang lainnya: tidak bisa tidur dan demam." (Bukhari dan Muslim). Seorang Mukmin memiliki ikatan keimanan sehingga mereka menjadi laksana saudara (Al-Hujarat: 13), dan cinta yang meluap sering kali menjadikan seorang Mukmin lebih mendahulukan saudaranya daripada dirinya sendiri, sekalipun mereka berada dalam kesusahan (Al-Hasyr: 9).
Di mata Islam mencintai dan dicintai itu adalah "risalah" suci yang harus ditumbuhsuburkan dalam dada setiap pemeluknya. Makanya Islam menghalalkan perkawinan. Islam tidak mengebiri fitrah manusia, Valentine's Day yang merupakan ungkapan kasih yang menyalurkan hasrat kasih sayang yang tidak sesui dengan aturan syariat dan itui jelas sekali bukanlah bagian dari agama kita, juga saat ini dirayakan dengan menonjolkan aksi-aksi permisif, dengan lampu remang, dan lilin-lilin temaram. Meniru perilaku agama lain dan sekaligus melegalkan pergaulan bebas inilah yang tidak dibenarkan dalam pandangan Islam.

Minggu, 10 Februari 2008

KH Bachtiar Daud Berpulang ke Rahmatullah


KH Bachtiar Daud Berpulang ke Rahmatullah

Mantan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Riau KH Bachtiar Daud, meninggal dunia pada Selasa (29/1) sekitar pukul 17.30 WIB. Buya kharismatik yang juga pimpinan Pondok Pesantren Islamic Center Alhidayah Kampar ini, wafat di Rumah Sakit Harapan Kita Jakarta setelah berjuang melawan penyakit jantung akut yang dideritanya.
Malam tadi, almarhum masih disemayamkan di Mess Pemda Riau, kawasan Slipi, Jakarta. Menurut rencana, almarhum akan dibawa ke Pekanbaru pagi ini, Rabu (30/1) pukul 07.00 WIB, dan langsung dibawa ke tempat kediamannya di Jalan Pekanbaru-Bangkinang Km 40 Kampar.
Menurut Bupati Kampar Drs H Burhanuddin MM kepada Riau Pos, malam tadi, Gubernur Riau HM Rusli Zainal dan pejabat Pemprov Riau beserta Bupati Kampar akan menanti kehadiran almarhum di Bandara Sultan Syarif Kasim, begitu juga dengan pengurus Masjid Agung Annur.
Buya, demikian almarhum biasa dipanggil, sempat dirawat selama enam hari Rumah Sakit Awal Bross Pekanbaru. Namun karena kondisi kesehatannya semakin menurun, bahkan tidak sadarkan diri, pihak keluarga berinisiatif membawa almarhum ke RS Harapan Kita Jakarta. Namun sayang, hanya lebih kurang satu jam lamanya dalam perawatan dokter di RS Harapan Kita Jakarta, Imam Besar Masjid Agung Annur ini mengembuskan nafas terakhir.
Berpulangnya salah seorang putra terbaik Riau ini, tentu saja menimbulkan duka yang mendalam. Gubernur Riau HM Rusli Zainal mengatakan bahwa Riau kehilangan putera terbaik atas wafatnya KH Bachtiar Daud. Beliau tidak hanya dikenal sebagai tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh pendidik, akan tetapi juga seorang tokoh politik yang cukup piawai dalam melakukan aktivitas politik guna membangun Riau ke arah yang lebih baik.
Dia berhasil mengkombinasikan dunia perpolitikan dengan agama sehingga perpaduan antara politik dan agama itu dapat sejalan dengan baik. Kita mengharapkan semoga beliau dapat diterima di sisi Allah SWT. Bagi kita yang ditinggalkan dapat melanjutkan perjuangan beliau.
‘’Saya mengajak seluruh masyarakat Riau mendoakan almarhum agar mendapatkan tempat yang layak di sisi-Nya sesuai dengan amal ibadah beliau. Dan bagi keluarga yang ditinggalkan dapat tabah menerima cobaan ini,’’ kata Gubri yang mengaku sempat berbicara terakhir kali pada Senin (28/1) di ruang ICU RS Awal Bros.
Rasa duka itu juga disampaikan Bupati Kampar Drs Burhanuddin Husein MM, ‘’Saya rasa bukan hanya saya saja yang berduka, tetapi juga seluruh masyarakat Kampar karena beliau merupakan tokoh besar dan ulama besar di Riau, kampar kehilangan putra terbaiknya,’’ ujar Bupati Burhanuddin Husein kepada Riau Pos, malam tadi.
Ungkapan duka juga disampaikan Ketua Persatuan Masyarakat Riau Jakarta Izhar Huserin, ‘’Kami atas nama masyarakat Riau di Jakarta turut berduka cita sedalam-dalamnya atas meninggalnya KH Bachtiar. Beliau adalah salah satu putra terbaik Riau yang punya peran besar terutama dalam menjadikan Riau agar tetap menjaga dan mempertahankan nilai-nilai islami,’’ sebut Izhar.
Ketua Komisi IV DPRD Kampar Drs H Syafrizal yang merupakan menantu almarhum, mengatakan bahwa semasa hidupnya almarhum yang dikenal sebagai Dewan Penasehat (Wanhat) DPD Partai Golkar Provinsi Riau, ini memang dikenal luas oleh berbagai masyarakat. Sebagai pendidik, dia sudah membaktikan ilmunya sejak usia belasan tahun. Mulai mendidik di Madrasah Diniyah Awaliyah (MDA) di kampung asalnya Pulau Birandang, sampai mendirikan pondok pesantren yang memiliki ribuan santri.
Di bidang keagamaan, sejak remaja Buya adalah dai dan orator yang kharismatik. Ilmu agamanya luas dan dalam. Tamatan Pondok Pesantren Candung ini, memiliki keahlian membaca kitab kuning dan menerjemahkannya dengan lancar. Maka pantas dia diberi kepercayaan sebagai Ketua MUI Riau dua periode, Imam Besar Masjid Agung Annur, penasihat keagamaan Pemprov Riau, dan sejumlah organisasi keagamaan lainnya.
Di bidang organisasi, Bachtiar Daud juga dikenal sangat aktif. Selain sebagai pengurus Persatuan Tarbiyah Islamiyah (Perti), juga aktif di berbagai organisasi kemasyarakatan dan perpolitikan. Sempat menjadi anggota MPR RI, DPRD Riau, dan sejumlah jabatan lainnya.
Kembangkan Pondok, Bina Anak Muda
Beberapa waktu terakhir sebelum sakit, almarhum pernah berpesan kepada keluarga agar meneruskan pembinaan dan pengelolaan Pondok Pesantren Islamic Centre, agar generasi penerus Kabupaten Kampar dan Provinsi Riau tetap dapat menuntut ilmu agama yang dalam. Pondok yang sudah berumur 22 tahun ini, sudah menghasilkan ribuan alumni yang tersebar di berbagai tempat. Ini adalah kontribusi nyata yang ditorehkan seorang Buya untuk membentuk pribadi disiplin, berilmu, beriman, dan juga berguna.
Almarhum juga sempat berpesan, apabila suatu saat dipanggil Allah SWT, maka beliau meminta untuk dimakamkan di kompleks Pondok Pesantren Islamic Center yang terletak di dekat kediamannya di Kampar Timur.
‘’Beliau pernah berpesan bahwa beliau ingin agar pondok tetap eksis dalam membina generasi Islami, meskipun beliau sudah wafat,’’ ucap Syafrizal kepada Riau Pos. Syafrizal mengaku saat itu dia sedang bersiap memandikan almarhum di RS Harapan Kita Jakarta.
Rumah Duka Dipenuhi Pelayat
Kabar meninggalnya Buya, menyebar dengan cepat di Kampar dan sekitarnya. Maka sejak maghrib hingga tengah malam tadi, ratusan masyarakat sudah datang melayat ke rumah duka di jalan Pekanbaru-Bangkinang Km 40. Ratusan kendaraan roda dua dan empat sudah memenuhi lapangan bola kaki di samping rumah duka.
Di dalam rumah, suasana duka sangat terasa, beberapa anggota keluarga tampak duduk bergerombol di ruangan yang luas tersebut, putra Beliau H M Abdi Lc MAg tampak mondar-mandir mempersiapkan segala sesuatunya, terlihat ia menyambut beberapa kerabat yang datang untuk mengucapkan belasungakawa, anak anaknya yang
lain juga tampak sibuk mmepersiapkan segala sesuatunya.
Sementara itu masyarakat mulai memenuhi halaman depan dan ruang belakang rumah besar itu. Termasuk jemaah Thariqat Naksabandiyah binaan almarhum
Berita terkai di

http://saidul-tombang.blogspot.com